Rabu, 20 April 2016

Penampilan Tak Menjamin Segalanya, Part 1

              Don't Judge The Book By Its Cover peribahasa Inggris yang kental diucapkan oleh siapapun  untuk menasehati. Peribahasa yang memiliki makna, jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja sering dipakai ketika seseorang melihat hanya dari penampilan. Tepatnya setahun yang lalu, ketika saya menjadi Sahabat Ramadhan disalah satu lembaga ZISWAF pepatah itu terlontar dari salah satu pemateri.

              Sebelumnya saya jelaskan sedikit, apa itu Sahabat Ramadhan?. Sahabat Ramadhan yang bahasa kerennya nih, Fundraiser Ramadhan atau singkatnya FR, salah satu pekerjaan yang menjadi garda utama di salah satu lembaga/ perusahaan. Bertugas di lapangan bukan di kantor, bisa dibilang seperti seseorang yang sedang menjual produk. Bedanya, lembaga ini menawarkan program-program tapi bukan berbentuk barang. Sebelum terjun ke lapanngan kami dibekali beberapa cara berbicara, bersikap dan taktik mengajak seseorang agar tertarik dengan program yang ditawarkan. Tak lupa, nasehat dari tiap pemateri untuk tidak membeda-bedakan pengunjung yang datang dlam menyampaikan informasi. Semua pengunjung juga harus tau program-program yang ada di lembaga ZISWAF ini.

           Singkat cerita, setelah sah diterima menjadi FR Ramdahan, mulailah saya di tempatkan disalah satu Mall dibilangan Bekasi. Beberapa hari, terlewati membuat semangat saya terus bertambah karena saya menilai para pengunjung mallnya ramah. Tapi tak ada yang tahu bagaimana kedepannya, suatu hari ada hal yang membuat semangat saya runtuh berkeping-keping. Saat itu saya masuk siang, dari jam 13.00- 22.00. Siang hari membagikan brosur dan mengajak pengunjung untuk menunaikan ZISWAF di stand berjalan lancar, karena kondisi Mall masih agak sepi. 

          Selesai salat Asar, saya berdiri di samping eskalator naik, dengan semangatnya dalam hati "Bismillah, semangat!. Semoga kali ini ada yang tertarik dan menunaikan ZISWAF di stand". Saat itu pula ada ibu-ibu, dan beberapa teman-temannya,  penampilannya terlihat orang yang sangat berada, berhijab masa kini dengan dandanan dan pakaian yang dikenakannya membuat keyakinan saya bertambah, dalam hati berkata "Pasti ibu-ibu ini sangat tertarik untuk menunaikan ZISWAFnya, dengan senyum-senyum bahagia, dan semangat menggebu-gebu". Saya mulai menyapa, kemudian sedikit menjelaskan program yang ada di brosur yang saya bawa, tapi harapan tak menjadi kenyataan. Seperti cinta bertepuk sebelah tangan, saya diabaikan begitu saja tanpa minta maaf atau kata-kata lainnya. Hal itu saya alami dua kali, dengan penampilan dan penolakan yang sama, bedanya mereka Pasutri dengan membawa bayi.

           Kedua kejadian itu sempat membuat saya patah semangat, down, dan sedikit jengkel. Sempat saya bilang ke partner, "Sebentar ya, pulihin hati yang lagi berantakan dulu nih, mau bangunin semangat lagi" sambil sedikit tersenyum. Partner saya paham akan hal itu, ia hanya menganguk sembil membalas senyuman saya.

          Setelah partner inti saya pulang, tinggal saya dan partner tambahan. Para pengunjung mall semakin bertambah, hati saya sudah bersahabat lagi. Semangat untuk membagikan brosur dan memberikan informasi di dalamnya sudah kembali. Kali ini tak mengalami hal itu lagi, saking semangatnya berjam-jam berdiri, tak merasakan letih walau belum ada lagi yang mampir ke stand. Saya terus membagikan brosur dan informasi yang lewat. Tapi rasa letih itu datang dengan kuat sekali. Saya pasrah, izin ke partner untuk duduk sejenak. Beberapa menit kemudian, ketika saya tidak begitu fokus dan masih dalam keadaan duduk karena masih merasa agak pegel. Tiba-tiba ada bapak, berpakaian sederhana, kalem yang langsung duduk di depan saya. Ada beberapa percakapan:
Muzakki:  "Mbak saya mau menunaikan zakat di sini bisa?"
Saya: Bisa bapak. Mau ditunaikan debit atau cash?
Muzakki: Kalau cash gak mungkin Mbak, tapi kalau debit kayanya juga gak bisa. Tapi saya mau menunaikan zakat saya di sini.
Saya: (dalam hati kanget denger perkataan bapak itu) Kalau boleh saya tau, bapak mau menunaikan zakat sebesar berapa? 
Muzakki: 50juta, Mbak.
Saya: (kekagetan saya bertambah mendengar jawaban bapak itu, tapi seneng banget hati serasa dapet hadiah jutaan rupiah, tadinya cape banget tiba-tiba capenya lenyap begitu aja). Saya mulai menjelaskan, Bapak bisa menunaikan dengan cara transfer ke rekening khusus zakat, (sambil saya berikan nomer rekening) kemudian bukti transferannya mohon tunjukkan ke kami biar dibuatkan kuitansi bukti bapak berdonasi di lembaga ini. 
Muzakki: Oh begitu ya Mbak, Mbak besok jaga siang atau malem. Biar besok saya transfer terus saya langsung ketemu Mbak saja, Mbak atas nama siapa?
Saya: saya jaga pagi pak, nama saya Fitri, (saking senengannya lupa untuk menawarkan mengantar muzakki ke bank untuk transfer)
Muzakki: Baik Mbak, besok saya akan langsung bertemu Mbak Fitri, memberikan bukti transferan saya. Terimaksih Mbak.
Beberapa jam berlalu, saat saya sedang menggambil tambahan brosur yang akan saya bagikan. Tiba-tiba bapak yang ingin berzakat tadi datang kembali.
Muzakki: (langsung duduk) memberikan bukti transferannya. Nih Mbak bukti transfernya, lebih baik sekarang selagi saya masih bisa daripada ditunda-tunda besok. (sambil tersenyum)
Saya: Baik pak saya proses dulu. Sudah selesai bapak, ini bukti kuitasinya, kemudian saya mendoakan, dan memberikan beberapa suvernir.
Muzakki: Aamiin, terimakasih Mbak.

        Setelah semua yang saya alami, saya berpikir, jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya saja, teruslah berusaha, dan pasrahkan segalanya kepada-Nya. Yakinkan diri, sesuatu yang tak akan diduga akan datang menghampiri jika sudah berusaha semaksimal mungkin dan pasrahkan kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar