Kamis, 06 Februari 2014

Dasar-dasar Berbicara



Konsep Dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Berbicara










Disusun Oleh :

Nurfitria Harnia    (1110013000087)
Nurfayerni            (1110013000093)
Titik Muryani       (1110013000097)
Boby Hadipratama (1110013000103)





JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah menurunkan kasih sayang yang tidak terhingga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, berupa al-quran al-karim, alam jagat raya dan seisinya, serta kenikmatan lain yang tidak terhingga.
Salawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, disertai upaya menyerap akhlaknya yang mulia serta mengamalkan ajaran yang di bawanya.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Konsep Dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses."
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka akan menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis

         Kelompok 1

PENDAHULUAN

Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana. Sedangkan, komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan suara. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan percakapan lainnya. Maka dari itu dasar-dasar berbicara sangat penting dalam kehidupan kita.



PEMBAHASAN MATERI
Dasar-dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses 

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).
A.    Pengertian dan Tujuan Berbicara

* Ada beberapa pengertian berbicara, antara lain :
a.       Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
b.      Berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
c.       Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disususn serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
d.      Berbicara merupakan instumen yang mengungkapakan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memehami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia yang bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.[1]
* Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.[2]

A.    Unsur Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara[3]

*  Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara,
b. Isi pembicaraan,
c. Saluran,
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak.
*  Prosedur Kegiatan Berbicara
a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.
b. Membatasi pokok pembicaraan.
c. Mengumpulkan bahan-bahan.
d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan).

B.     Konsep Dasar Berbicara
Kemampuan berbicara manusia bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di lingkungan sekitar. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
a. Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,
b. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi,
c. Berbicara adalah ekspresi kreatif,
d. Berbicara adalah tingkah laku,
e. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
f. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
g. Berbicara sarana memperluas cakrawala,
h. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
i. Berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105)

C.     Hakikat Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini (Rofiuddin, 1997).
Komunikan/receiver
Message/pesan
Komunikator/sender
Umpan balik/feed back
Symbol/lambang
Channel/saluran
Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan cara memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa. Brooks (Tarigan, 1983:12) menggambarkan alur peristiwa bahasa berikut ini. 

D.    Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Ø  Diskusi : Salah satu dari proses memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memeberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan yang serius tentang suatu masalah.

Ø  Percakapan
Ø  Pidato : Suatu kegiatan berbicara di depan orang banyak (hadirin). Contoh : Pidato kenegaraan, pidato presiden, pidato perpisahan, dan pidato wisuda.
Ø  Ceramah : Pidato seseorang dihadapan banyak pendengar, mengenai suatu hal pengetahuan dan sebagainya.[4]
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
a.       Situasi,
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
*  Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi:
1) Tukar pengalaman,
2) Percakapan,
3) Menyampaikan berita,
4) Menyampaikan pengumuman,
5) Bertelepon, dan
6) Memberi petunjuk. (Logan, dkk., 1972 : 108)
* Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
1) Ceramah,
2) Perencanaan dan penilaian,
3) Interview,
4) Prosedur parlementer, dan
5) Bercerita
b.      Tujuan,
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
c.       metode penyampaian,
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:
1). Penyampaian secara mendadak,
2). Penyampaian berdasarkan catatan kecil,
3). Penyampaian berdasarkan hafalan, dan    
4). Penyampaian berdasarkan naskah.
d.      Jumlah penyimak, dan
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
e.       Peristiwa khusus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis,
1). Pidato presentasi,
2). Pidato penyambutan,
3). Pidato perpisahan,
4). Pidato jamuan (makan malam),
5). Pidato perkenalan, dan
6). Pidato nominasi (mengunggulkan). (Logan, dkk., 1972 : 108)
E.     Proses Berbicara
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak saja horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
Proses pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh pajanan aktivitas berbicara yang tepat. Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain: memberikan pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan orang/barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses, memberikan penjelasan, menyampaikan atau mendukung argumentasi. Strategi-strategi lainnya akan dapat Anda pelajari pada kegiatan belajar berikutnya.


PENUTUP

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar).
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara tersebut, selain faktor-faktor tersebut, ada dua aspek perlu mendapat perhatian guru dalam membina keefektifan berbicara, yakni: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun berbicara.




DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Hendri Guntur 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung : FKSS-IKIP.  
Mulgave, Dorothy 1954. Speech. New York: Barnes & Noble, Inc. Mulia, S.T.G (ed): Ensiclopedia Indonesia F-M. Bandung: W.Hoeve
Sahara Siti, dkk 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta.


[1] Mulgrave, Speech. 1954 : 3-4
[2] Tariga, Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) h. 16
[3]  http://google.com

[4] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar