Konsep Dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Berbicara
Disusun
Oleh :
Nurfitria Harnia (1110013000087)
Nurfayerni (1110013000093)
Titik Muryani (1110013000097)
Boby Hadipratama
(1110013000103)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah
menurunkan kasih sayang yang tidak terhingga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya,
berupa al-quran al-karim, alam jagat raya dan seisinya, serta kenikmatan lain
yang tidak terhingga.
Salawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan
Nabi besar kita Muhammad SAW, disertai upaya menyerap akhlaknya yang mulia
serta mengamalkan ajaran yang di bawanya.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Konsep
Dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses."
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan karena masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu,
penulis dengan terbuka akan menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Penulis
Kelompok 1
PENDAHULUAN
Berbicara merupakan salah satu kemampuan
yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Berbicara tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan
unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana. Sedangkan,
komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar,
bunyi bel, dan suara. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan
efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi
dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan
antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan percakapan
lainnya. Maka dari itu dasar-dasar berbicara sangat penting dalam kehidupan
kita.
PEMBAHASAN MATERI
Dasar-dasar Berbicara dan Berbicara sebagai Proses
Berbicara merupakan
proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan,
merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan
esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk
mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan
berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.
Oleh
karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran
bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan,
(2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3)
merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa
di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang
mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).
A.
Pengertian dan Tujuan Berbicara
* Ada beberapa pengertian berbicara,
antara lain :
a. Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
b. Berbicara adalah suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
c. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disususn serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
d. Berbicara merupakan instumen yang
mengungkapakan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memehami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah dia yang bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia
waspada serta antusias atau tidak.[1]
* Tujuan utama dari berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
(para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.[2]
A. Unsur
Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara[3]
* Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat
lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara,
b. Isi pembicaraan,
c. Saluran,
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak.
* Prosedur Kegiatan Berbicara
a. Memilih pokok pembicaraan yang
menarik hati.
b. Membatasi pokok pembicaraan.
c. Mengumpulkan bahan-bahan.
d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi,
kemampuan).
B. Konsep
Dasar Berbicara
Kemampuan berbicara manusia
bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di lingkungan sekitar.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup
sembilan hal, yakni:
a. Berbicara dan menyimak adalah
suatu kegiatan resiprokal,
b. Berbicara adalah proses individu
berkomunikasi,
c. Berbicara adalah ekspresi
kreatif,
d. Berbicara adalah tingkah laku,
e. Berbicara adalah tingkah laku
yang dipelajari,
f. Berbicara dipengaruhi kekayaan
pengalaman,
g. Berbicara sarana memperluas
cakrawala,
h. Kemampuan linguistik dan
lingkungan berkaitan erat,
i. Berbicara adalah pancaran
kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105)
C. Hakikat
Berbicara
Berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Pengertiannya
secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan.
Berbicara
pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi
pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat
digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini (Rofiuddin, 1997).
Komunikan/receiver
Message/pesan
Komunikator/sender
Umpan
balik/feed back
Symbol/lambang
Channel/saluran
Dalam
proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada
komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan
yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang
dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat
dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah
udara. Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan.
Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Tahap selanjutnya, komunikan
memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang
timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau
tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya
interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berbicara
sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan cara
memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa. Brooks
(Tarigan, 1983:12) menggambarkan alur peristiwa bahasa berikut ini.
D. Jenis-Jenis
Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Ø Diskusi : Salah satu dari proses
memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
memeberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan yang serius tentang suatu
masalah.
Ø Percakapan
Ø Pidato : Suatu kegiatan berbicara di
depan orang banyak (hadirin). Contoh : Pidato kenegaraan, pidato presiden,
pidato perpisahan, dan pidato wisuda.
Ø Ceramah : Pidato seseorang dihadapan
banyak pendengar, mengenai suatu hal pengetahuan dan sebagainya.[4]
Berdasarkan pengamatan minimal ada
lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan
tersebut adalah :
a. Situasi,
Aktivitas berbicara terjadi dalam
suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat
bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi.
Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya
dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.
* Jenis-jenis kegiatan berbicara
informal meliputi:
1) Tukar pengalaman,
2) Percakapan,
3) Menyampaikan berita,
4) Menyampaikan pengumuman,
5) Bertelepon, dan
6) Memberi petunjuk. (Logan, dkk.,
1972 : 108)
* Sedangkan kegiatan berbicara yang
bersifat formal meliputi :
1) Ceramah,
2) Perencanaan dan penilaian,
3) Interview,
4) Prosedur parlementer, dan
5) Bercerita
b. Tujuan,
Akhir pembicaraan, pembicara
menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah
untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau
menggerakkan pendengarnya.
c. metode penyampaian,
Ada empat cara yang bisa digunakan
orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:
1). Penyampaian secara mendadak,
2). Penyampaian berdasarkan catatan
kecil,
3). Penyampaian berdasarkan hafalan,
dan
4). Penyampaian berdasarkan naskah.
d. Jumlah penyimak, dan
Komunikasi lisan melibatkan dua
pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak
dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang
(kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
e. Peristiwa khusus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan
sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu
adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan
peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam
jenis,
1). Pidato presentasi,
2). Pidato penyambutan,
3). Pidato perpisahan,
4). Pidato jamuan (makan malam),
5). Pidato perkenalan, dan
6). Pidato nominasi (mengunggulkan).
(Logan, dkk., 1972 : 108)
E.
Proses Berbicara
Dalam
proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara
vertikal tidak saja horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan
pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi
benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi,
dan sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal
mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran
linguistik.
Proses
pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh pajanan aktivitas
berbicara yang tepat. Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di dalam
kelas
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain: memberikan
pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan orang/barang,
menggambarkan posisi, menggambarkan proses, memberikan penjelasan, menyampaikan
atau mendukung argumentasi. Strategi-strategi lainnya akan dapat Anda pelajari
pada kegiatan belajar berikutnya.
PENUTUP
Berbicara secara umum
dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan
pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar).
Berbicara merupakan
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantik dan linguistik. Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara
tersebut, selain faktor-faktor tersebut, ada dua aspek perlu mendapat perhatian
guru dalam membina keefektifan berbicara, yakni: aspek kebahasaan mencakup: (a)
lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat,
dan aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran,
(c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun berbicara.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,
Hendri Guntur 1981. Berbicara Sebagai
Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung : FKSS-IKIP.
Mulgave,
Dorothy 1954. Speech. New York:
Barnes & Noble, Inc. Mulia, S.T.G (ed): Ensiclopedia
Indonesia F-M. Bandung: W.Hoeve
Sahara
Siti, dkk 2008. Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar